Karla M. Bura
(Siswi SMK Negeri Ampera Program Keahlian Asisten
Keperawatan)
Kehilangan kasih sayang, kehilangan perhatian, bahkan
kehilangan barang, adalah suatu hal yang tidak diinginkan semua orang. Begitu
juga denganku. Hilangnya sosok orang tua, yang sangat berarti dalam
kehidupanku, membuat hari-hariku terasa hampa. Hidup terasa tiada gunanya.
“Jiwa ini sangat menrindukan kasih sayang, waktu,
perhatian, dan nasihat dari kalian berdua. Ini semua itu demi membangkitkan
semangat, rasa percaya diri, dan masa depanku yang lebih baik lagi. Tidakah
kalian penduli denganku?”, pikiranku yang kadang-kadang muncul di benak.
Menyembunyikan air mata, dan selalu tersenyum agar
terlihat baik-baik saja, menyibukkan diriku dengan berbagai aktivitas, aktifkan
diri dalam berbagai cerita, itu adalah caraku satu-satunya untuk menutupi
persoalan yang dihadapi. Ternyata itu sangat berat. Itu bukan hal yang mudah. Semua dilalui dengan mencoba untuk “bahagia”
Ternyata itu pikiranku saja kala itu. Hari berganti
hari, sampai detik ini, ada suatu rasa bahagia tersendiri bersama orang tua
waliku. Orang tua waliku sangat dengan penuh kasih sayang membesarkanku sejak
dari kecil. Kasih sayang yang tulus, selalu berlaku adil, tidak membeda-bedakan
satu dengan yang lain, untuk semua anak mereka, itulah yang membuatku bangkit
kembali.
Orang tua waliku mengurus semua kami, termasuk anak-anak
mereka, dengan penuh tanggung jawab. Itu bukan tanggung jawab yang kecil, ya?
Itu tanggungjawab yang besar.
“Setiap hari mereka pasti berpikir, agar bagaimana
anak-anak mereka tetap bersekolah sehingga kelak menjadi orang yang sukses”,
pikirku setiap hari.
Bekerja keras seharian, menahan lapar, menyembunyikan
keluh kesah, berusaha terlihat baik-baik saja, tidak mempedulikan kesehatan
mereka sendiri di depan anak-anaknya, itulah yang dibuat. Itu dilakukan demi
sematawayang anak-anak mereka dan masa depannya.
Selalu dinasihati, ditegur jika kami melakukan
kesalahan. Walaupun teguran dan nasehat
itu terkadang mengandung kata-kata kasar yang menyakiti hati, tetapi itu
dijadikan sebuah pelajaran dan motivasi untukku menjadi lebih baik dari
sebelumnya.
Sosok yang dulunya hilang dari kehidupanku, kini hadir
kembali dan menjadi motivator dan semangat tersendiri untukku dan meyakinkan
diri sendiri bahwa aku juga bisa seperti orang lain. Latar belakang keluarga
tidak menjadi tolak ukur untuk melanjutkan pendidikan ini.
“Aku pasti sekolah lanjut. Aku pasti sekolah lanjut,
iya, kan Tuhan?”, pintahku!
Jika diizinkan Tuhan, aku akan menjadi orang sukses
kelak nanti. Aku akan membalas semua jasa dan membanggakan mereka. Aku juga
ingin menjadi orang tua yang baik seperti mereka bagi anak-anakku suatu saat
nanti.
Tidak ada yang bisaku berikan hanyalah ucapan
terimaksih banyak atas semua yang telah diberikan hingga saat ini. Harapan dan
doa, semoga mereka diberikan kesehatan, umur panjang dan diberkati setiap usaha
dan pekerjaan yang menjadi sumber berkat bagi kami anak-anak.