Di sebuah desa santri, desa Suka Maju, hiduplah sebuah keluarga sederhana yang mempunyai seorang anak gadis, Dini bernama.
Dini adalah seorang gadis desa yang polos dan lugu. Karena kepolosan dan keluguannya membuat semua orang di kampung Suka Maju menaruh simpati padanya. Terlebih para pemuda yang sebaya dengannya.
Ayahnya seorang ustad yang mengajar di salah satu pondok pasantren Salafiah, di desa tersebut. Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang sehari-harinya membantu ayahnya mengajar ngaji anak-anak di kampung tersebut.
Suatu ketika, mereka hendak pulang dari pasantren ke rumah, tiba-tiba ada seorang preman yang dengan sengaja menabrak mereka. Semua mereka harus dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mandaptkan pertolongan medis. Tetapi, malang tak dapat ditolak. Ayah dan ibunya tidak dapat terselamatkan dan akhirnya meninggal dunia di rumah sakit.
Saat itu, Dini begitu shock karena harus kehilangan kedua orang tuanya dalam waktu bersaamaan. Ia nyaris putus asa dan sempat berpikir negatif. Akan tetapi, Allah maha kuasa, Dini bisa lepas dari masalah itu.
Hari berganti hari hingga suatu saat datanglah seorang pemuda dari kota yang hendak membuka usaha di kampung Suka Maju. Pemuda itu begitu tampan. Tetapi sayang, ketampanannya jauh bertolak belakang dari sikap dan prilakunya yang suka merendahkan orang lain. Itu mungkin dikarenakan kehidupan keluarganya yang serba berkecukupan alias kaya raya.
Suatu hari setelah sholat subuh di masjid, Dini pulang dan tak sengaja berpapasan dengann pemuda tersebut. Lalu, Dini menyalami pemuda tersebut
“Assalamualaikum”
lalu pemuda tersebut menjawab salam Dini dengan suara sedikit nyeleneh. Karena itu, Dini lalu bergegas pergi meninggalkan pemuda itu.
Dalam perjalanan pulang, Dini sempat berpikir,
“Sombong sekali pemuda itu. Wajahnya tampan, tapi ko sikapnya tak setampan wajanhnya ya? Dini bergumam dalam hati. Dan sedikit penasaran siapa pemuda itu ya? Ia bertanya dalam hatinya.
Keesokan harimya, Dini hendak pergi ke pasantren. Dalam perjalanan, tak sengaja ia berjumpa lagi dengan pemuda itu. Dan ternyata, pemuda itu pun penasaran dengan Dini, seorang gadis muslimah yang cantik.
Kali ini, pemuda itu yang lebih dulu menyapa Dini. Dini pun menjawab salam nya. Lalu pemuda itu berkata,
“Boleh saya berkenalan dengan mu?”, sambil mengangkat tangan untuk bersalaman.
Sejenak, Dini diam dan tidk menjawab pertanyaan pemuda itu sambil menatap pemuda itu dengan tatap yang sedikit ketakutan. Lalu pemuda itupun menyebutkan namanya.
“Kenalkan, nama saya Riyan. Saya baru datang di desa ini untuk membuka usaha restoran disini. Kalau boleh tahu siapa namamu?”.
Karena kelihatanya serius ingin berkenalan dengan Dini, Dini pun menjawab.
“Namaku Dini”, setelah menyebutkan namanya, ia lalu pamitan.
“Maaf mas, saya lagi buru-buru permisi. Assaamualaikum”.
Lalu Dini bergegas pergi meninggalkan pemuda itu. Karena penasaran, Pemuda itu akhirnya memutuskan untuk membuntuti Dini sampai ke pasantren dan sempat melihat kegiatan Dini di pasantren tersebut .
“Masya Allah. Luar biasa ternyata! Dini adalah seorang ustazah. Hatinya tesentuh.
Suatu hari, Rian berkeinginan pergi ke pasantren. Ia hendak belajar ngaji dan sholat. Setelah ngaji dan sholat berjamaah, seperti biasanya, sebelum pulang ada ustaa atau ustazah yang memberikan kultum. Kebetulan yang mempunyai giliran memberikan kultum pada sore itu adalah Dini yang oleh anak-anak pasantren dipanggil ustazah cantik. Tema kultum Dini saat itu adalah ” menghargai orang lain”.
Dini begitu bersemangat dalam menyampikan pesan–pesan agama tentang menghargai orang lain. Itu adalah salah satu perintah agama”. Rian begitu kagum pada Dini karena kemampuannya dalam menyampikan pesan-pesan agama. Walaupun dalam hatinya sedikit terseret karena merasa seolah-olah Dini sedang menyindirnya.
Setiap hari, Rian semakin bersemangat ke pasantren karena selain ingin belajar, ia juga ingin berkenalan lebih dekat dengan Dini.
Ternyata diam–diam Rian telah jatuh hati pada Dini. Hingga suatu hari, Rian memberanikan diri menyampikan perasaannya hatinya pada Dini. Tetapi, Dini belum memberikan jawaban. Rian pun pantang mundur dengan niat tulusnya. Karena melihat ketulusan Rian yang terpancar dari sikapnya yang berubah, dari sosok yang angkuh menjadi pribadi yang ramah, membuat Dini akhirnya menerima Rian sebagai calon imamnya.
Mendengar perasan Dini, Rian begitu bahagia dan tanpa menuggu waktu lama, Rian pun langsung mengajak Dini ke kota untuk bersilaturahmi dengan kedua orang tuanya. Sesampai di Rumah, Rian langsung mengenalkan Dini pada kedua Orangtuanya.
“Pak, ma. Kenalin, ini Dini teman dekat Aku”, sambil meminta dini untuk menyalami kedua orang tuanya .
Begitu melihat Dini, Orang tua Rian pun merasa tertarik dengan penampilan Dini dengan Hijabnya yang Syar”I serta sikapnya yang sangat santun.
Mereka pun merestui niat baik keduanya untuk menjadi suami istri. Mereka langsung mempersiapkan acara pernikahan untuk keduanya.
Akhirnya Dini Menikah dengan Rian dan mereka hidup Bahagia .
Share to :