Para Peserta Didik SMK Negeri Ampera Pose Bersama Kepala SMKN Ampera dengan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi NTT dan Kabupaten |
Ada satu suasana yang sangat menarik saat itu. Menariknya, dari hasil pantauannya, seluruh peserta didik diarahkan untuk duduk di kursi yang urutannya dari pertama sampai keempat. Dan para pejabat selain Bupati Alor dan Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur diminta oleh panitia untuk duduk di deret setelah para peserta didik. Menurut keterangan yang diperoleh, ini memang didesign oleh gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dan alsanan filosofinya ialah, para generasi muda inilah pemimpin masa depan.
Dalam suasana itu, dengan melihat kondisi yang ada, dan kesibukan kepala dinas pendidikan dan kebudayaan Provinsi Nusa tenggara Timur, Linus Lusi,S.Pd; M.Pd para peserta didik SMK Negeri Ampera dapat berhasil mewawancarai Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Bapak Linus Lusi,S.Pd; M.Pd.
“Di sekolah kami terdapat dua kejuruan yakni Farmasi dan Perawat. Guru kejuruan kami ini belum pasti. Dan ini sangat berdampak pada proses pembelajaran. Guru-guru kejuruan kami ini, tidak ada yang berstatus PPPK, apalagi PNS. Bagaimana komentar Bapak”. tanya Rahmadani, siswi SMKN Ampera kepada Kepala dinas Pendidikan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Bapak Linus Lusi, S.Pd; M.Pd.
Peserta Didik SMKN Ampera sedang mewawancarai Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Prov. NTT |
“Soal guru kejuruan yang mengarah kepada kedua jurusan ini memang secara provinsi, kita mengalami situasi itu. Tetapi, manajemen sekolah, Kepala Sekolah bersama komite, dan dewan guru bisa merekrut atau mencari tahu tenaga-tenaga pengajar dari dunia medis yang mengerti langsung keperawatan dan farmasi. Bisa bekerja sama dengan Dinas kesehatan Kabupaten. Bekerja sama nota kesepahaman sehingga, Perawat, apoteker Kabupaten Alor dengan kru-krunya bisa menjadi guru tamu, nak. Sehingga, kamu tidak kehilangan hal apa yang perlu kamu miliki. Contoh perawat, di daerah Timur Tengah laku banyak, kan? Gajinya tinggi tetapi kalian juga harus menguasai kompetensi dan Bahasa Inggris. Jangan tamat langsung balik ke desa, belum cukup, iyakan? Tetapi, kamu harus kuliah lagi, sehingga lulus, benar-benar bisa memenuhui permintaan kebutuhan daerah, Provinsi maupun nasional secara keseluruhan. Nanti, kita minta dorongan Kepalah Sekolahmu untuk bisa merekrut dan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, biar mengcash baik akademik maupun keterampilan. Supaya kamu paham betul-betul”, jawab Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Bapak Linus Lusi,S.Pd; M.Pd.
Di kesempatan yang sama pula para peserta didik, Rahmadani, selalu melontarkan banyak pertanyaan. Pertanyaannya bercerita tentang nasib guru-guru kontrak yang akan dihapuskan, yang kemudian guru-guru itu, akan mengajar dengan sukarela, yang informasinya akan dilaksanakan beberapa bulan yang akan datang ini.
“Guru sukarelawan merupakan guru yang peduli terhadap isi sekolah-sekolah (SMK Negeri Ampera) yang mana perawat dan farmasi, mereka itu tanpa digaji. Tanggung jawab sosial mereka, tanggung jawab moral mereka terhadap ilmu yang mereka peroleh terhadap adik-adiknya, ketika kakak mau datang, pasti dia senang menyanjikan ini. Kembali kepada sekolah, membangun komunikasi yang baik sehingga tetap berjalan. Tetapi, kami pemerintah provinsi juga menajdi PR yang berat supaya ada guru negeri yang bisa dikaryakan ke jurusan-jurusan Farmasi dan Perawat. Kan belum adakan, guru-guru negeri? Dan itu tantangan kami. Mudahan-mudahan, kita dorong sehingga ada formasi tentang guru-guru tersebut untk SMK Negeri Ampera”, jawab Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT.